Social Icons

Sabtu, 22 Desember 2012

Ilmu Komunikasi

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Guru adalah suatu komponen manusiawi dalm proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya menusia yang potensial dalam bidang pembangunan. Guru juga merupakan salah satu unsur dibidang pendidikan yang harus berperan  serta aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga professional, sesuai dengan tuntunan masyrakat yang semakin berkembang. Dalam makalah yang ber judul hubungan guru dengan ini, membahas makna komunikasi guru dengan murid, peran guru dalam teori belajar serta hubungan komunikasi guru dan murid yang efektif.
Dalam arti khusus dapat dikatakanbahwa pada setiap diri guru itu mempunyai tanggung jawab untuk membawa para siswa / muruid pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu.  Dalam rangka ini guru tidak semata-mata sebagai pengajar , pendidik dan pembimbing yang member pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Bekaitan dengan in,i sebenarnya guru memilikim peranan yang unik dan komleks didalam proses belajar mengajar dalam usaha untuk mengantarkan siswa ketaraf yang dicita-citakannya. Oleh karena itu, seorang guru dalam proses pembelajaran harus bisa mengelola dan melaksanakan interaksi atau komunikasi yang efektif dengan siswa/murid.
   
B.    Rumusan masalah
1.    Apakah Pengertian komunikasi guru dengan murid ?
2.    Bagaimana Peran guru dalam teori belajar ?
3.    Bagaimana komunikasi guru dengan murid yang efektif ?

C.    Tujuan masalah
1.     Mengetahui pengertian komunikasi guru dengan murid
2.    Mengetahui peran guru dalam teori belajar
3.    Mengetahui komunikasi guru dengan murid yang efektif



BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian komunikasi guru dengan murid
Komunikasi adalah suatu proses pertukaran pesan atara dua orang atau lebih bersifat multidimensional . Guru adalah seorang pendidik yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi, wibawa, mandiri dan disiplin .
Peserta didik adalah setiap orang yang menerima pengarug dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Kedua unsure tersebut merupakan hal yang vital didalm proses belajar mengajar , sebab seluruh proses,aktifitas,orientasi serta relasi-relasi lain yang terjalin untuk menyelenggarakan pendidikan selalu melibatkan keberadaan pendidik dan peserta didik sebagai faktor pelaksana. Dalam proses balajar mengajar komunikasi terjadi proses interaksi antara dua unsur manusiawi, dimana siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai  pihak yang mengajar. Proses tiu sendiri merupakan mata rantai yang menghubungkan antara guru dan siswa sehingga terbina komunikasi yang memiliki tujuan yaitu tujuan pembelajaran.
Di dalam komunikasi pembelajaran, tatap muka seorang guru mempunyai peran yang sangat penting di dalam kelas yaitu peran mengoptimalkan kegiatan belajar. Ada tiga kemampuan esensial yang harus dimiliki guru agar peran tersebut terealisasi, yaitu kemampuan merencanakan kegiatan, kemampuan melaksanakan kegiatan dan kemampuan mengadakan komunikasi. Ketiga kemampuan ini sama pentingnya, karena setiap guru tidak hanya mampu merencanakan sesuai rancangan, tetapi harus terampil melaksanakan kegiatan belajar dan terampil menciptakan iklim yang komunikatif dalam kegiatan pembelajaran .



B.    Peran guru dalam  teori belajar
Seorang guru dalam proses belajar mengajar memiliki peranan penting , peranan tersebut diantaranya sebagai pelatih, pendidik, pengajar, penasehat, pembimbing, innovator, model dan teladan  . agar peranan tersebut dapat dioptimalkan hendaknya seorang guru mengetahui dan faham beberapa teori belajar yang ada. Teori tersebut diantaranya :
1)    Teori  Behavioristik
Adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Goge dan Brlinertentang perubahan tingkah laku sebagai hasil darri pengalaman . teori ini berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh tehadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang dikenal dengan aliran behaviroistik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan prilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang respon teori ini mengutamakn pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadi atau tidaknya suatu perubahan tingkah laku tersebut,
Teori ini memiliki kekurangan yaitu tidak mampu menjelaskan alsan-alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus dengan respon, dan juga tidak dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan tejadinya penyimpangan antara stimulus yang diberikan dengan respo. Teori ini memiliki kelebihan yaitu mengarah pada siwa untuk berfikir linear, kognitif, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan yaitumembawa siswa mencapai target tertentu sehingga menjadiakn peserta didik untuk tidak bebas berkrasi dan berimajinasi.

2)    Teori  Kognitif
Teori ini dikembangkan oleh Jeon piaget, seorang psikolog swiss. Teori kognitif menekankan bahwa belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi dasar teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Menurut teori ini proses belajar akan jalan baik apabila materi pelajaran yang baru beradaptasi secarak klop dengan struktur kognitif yang dimiliki oleh siswa.
Adapun peranan guru dalam teori ini yaitu guru harus memahami bahwa sisiwa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam pross berfikirnay, anak usia prasekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda konkret. Keaktifan siswa sangat dipentingkan , guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari yang sederhan ke yang kompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatiakan perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.
3)    Teori  Konstruktivisme
Adalah suatu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah berbentuk (konstruksi) kita sendiri . penetahaun buakn tiruan dari realitas, bukan juga ganbaran dari dunia kenyataan yang ada. Penetahuan merupakan hasil dari konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang dengan pembuat struktur, kategori,konsep dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan tersebut .










4)    Teori belajar dengan insting
Teori ini terjadi apabila seseoarang mendapatkan insting dalam situasi yang problematis yaitu sewaktu ia secara ia menemukan reorganisasi baru antara unsur-unsur dalam situasi sehingga ia memahaminya.dengan demikian semua teori dapat member bantuan kepada guru dalam proses belajar mengajar, belum dicapai suatu teori belajar yang mencakup semua bentuk belajar. Kita tidak perlu memilih suatu teori belajar tertentu bagi segala bentuk belajar dan juga tidak perlu menolak teori tertentu. Da digaan, bahwa kenyataan tentang adanya berbagai jenis belajar yang masing-masing yang hanya  dapat dipahami dengan teori belajar tertentu . 



C.    Komunikasi guru dengan murid yang efektif
Pendidikan dan pengajaran iteraksi antara pendidik dengan terdidik atau antara gur dengan siswa. Interaksi pengajaran hamper seluruhnya menggunakan media bahasa, entah itu bahsa lisan tau bahsa tulisan ataupu bergerak atau isyarat. Interaksi yang menggunakan media bahsa disebut komunikasi. Dengan demikian komunikasi merupakan peranan yang paling penting dalam interaksi pendidikan.
Dalam pendidikan atau pembeljaran seorang guru harus bisa mengelola kelas dan memecahkan konflik yang ada dalm proses pembelajaran.mengeloal kelas  dan memecahkan konflik dalam pembelajaran, secara konstruktif membutuhkan ketrampilan berkomunikasi yang baik. Agar dapat berkomunikasi dangan baik, dalam hal ini guru perlu memiliki kemampaun bahasa yang baik, ia perlu memiliki penguasaan bahasa dan kosa kata yang cukup banyak sebab dengan menggunkan kata-kata tertentu saja siswa belum dapat memahami maksudnya, mereka dapat membetulkan kata-kataatau istilah lain .
Selain memiliki kemampauan bahasa yang baik guru juga harus menguasai tiga aspek utama dari komunikasidalam pembelajaran yaitu ketrampialan berbicara, mendengar dan komunikasi non verbal. Berbicara didepan kelas dan dihadapan siswa harus mengkominikasikan secara jelas. Kejelasan dalam berbicar penting agar pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan proses belajar yang diikuti siswa dapat berjalan responsive.
Guru dalam belajar menggunakn dua macam komunikasi yaitu komunikasi verbal dan non verbal. Salah satu aspek penting yang perlu diperhatiakan dalam komunikasi verbal yaitu gaya penyampaian pesan. Aspek lain dalm komunikasi verbalyang penting bagi guru yaitu cara menangani konflik. Cara menanganinyadapat dlakukan dengan menggunakan empat gaya yaitu agresif, manipulative, pasif dan aktif. Selain komunikasi verbal, interaksi didalam kelas juga dapat terjadi komunikasi non verbal. Dengan demikian , komunikasi non verbal penting diperhatiakan untuk mencapai komunikasi efektif dalam pembelajaran.komunikasi non verbal biasanyadilakukan untuk membeck up atau menegaskan pesan verbal, namun seringkali pesan non verbal lebih efektif dalam mencapai sasaran pesan .

Hal-hal yang mempengarui komunikasi antara guru dan murid selain diatas antara lain :
1)    Kadang kadang masih ada sikap otoriter dari guru.
2)    Sikap tertutup dari guru.
3)    Siswa yang positif
4)    Jumlah siawa yang terlalu banyak.
5)    Sistem pendidikan.
6)    Keadaan dan latar belakang guru sendiri maupun para siswa.
























BAB III
ANALISA

Berdasarkan analisa dari kenyataan yang ada, peran seorang guru sangat penting dalam proses belajar mengajar. Apalagi daalm peningkatan kualitas pendidikan, peran serta komunikasi guru dengan murid sangat penting. Dimana pendidikan dan pengajaran merupakan interaksi antara pendidik dengan terdidik, antara guru dengan murid. Namun, berdasarkan realita yang ada kemampauan dan pendidikan guru masih kurang. Hal ini dibuktikan dengan adanya kesulitan yang dialami guru dalam proses pembelajaran. Dengan adanya penyaringan pendidik atau pengajar maka, dipastikan hal ini sedikit demi sedikit akan berkurang. Maka dengan itu guru harus menguasai kemampuan berbahasa yang baik dan pola pendidikan perlu ditingkatkan dan guru harus menguasai tiga aspek utama dari komunikasi dalam pembelajaran yaitu ketrampilan berbicara, mendebgar dan berkomunikasi non verbal.
Guru yang sering gagal dalam mengantarkan siswa mencapai tujuan pembelajaran secara optimal ketika mengikuti pembelajaran darinya harus melakukan introspeksi, jangan-jangan kegagalan itu disebabkan oleh gaya komunikasi yang tidak efektif.
Kegagalan pembelajaran akibat ketidakefektifan komunikasi ini bisa terjadi di kelas mana pun, termasuk kelas-kelas tinggi SD, kelas-kelas di SMP maupun di SMA. Jika ini terjadi di kelas Anda, maka Anda perlu membaca ulang buku-buku tentang komunikasi yang efektif.









BAB VI
PENUTUP


1.    Kesimpulan
Komunikasi yang dilakukan oleh seorang guru dan siswa merupakan hal yang harus dibina dengan baik karena hal tersebut merupakan suatu halyang penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Manfaat dari komunikasi dalam belajar adalah diketahui permasalahan yang dihadap isiswanya dalam belajar dan guru dapat memecahkannya. Komunikasi yang positif antara guru dengan siswa akan menghasilkan individu yang senantiasa mempunyai semangat yang positif dalam belajar. Komunikasi dua arah antara guru dan siswa yang positif dalam belajar memacu kondisi belajar siswa yang positif sehingga siswa dapat berprestasi. Komunikasi yang dilakukan oleh seorang guru dan siswa merupakanhal yang harus dibina dengan baik karena hal tersebut merupakan suatu halyang penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Manfaat dari komunikasi dalam belajar adalah diketahui permasalahan yang dihadap isiswanya dalam belajar dan guru dapat memecahkannya. Komunikasi yang positif antara guru dengan siswa akan menghasilkan individu yang senantiasa mempunyai semangat yang positif dalam belajar. Komunikasi dua arah antara guru dan siswa yang positif dalam belajar memacu kondisi belajar siswa yang positif sehingga siswa dapat berprestasi.

2.    Saran
Dalam penulisan makalah ini  bertujuan untuk menyadarkan atau mengembalikan generasi generasi bangsa akan kemajuan ilmu pengetahaun dan teknologi yang sedang terjadi sekarang ini. Dengan itu generasa bangsa mampu menumbuhkan rasa ingin tau  sesuatu yang sedang mendinia saat ini. Inilah yang yang kemudian dalam pembuatan makalah ini sedikit menggambarakan upaya-upaya aktualisasi khususnya dalam  komunikasi.




readmore...

bimbingan konseling


Bimbingan belajar merupakan upaya guru untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajarnya. Secara umum, prosedur bimbingan belajar dapat ditempuh melalui langkah-langkah
1. Identifikasi kasus; merupakan upaya untuk menemukan siswa yang diduga memerlukan layanan bimbingan belajar. Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi siswa yang diduga mebutuhkan layanan bimbingan belajar, yakni :
a. Call them approach; melakukan wawancara dengan memanggil semua siswa secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan siswa yang benar-benar membutuhkan layanan bimbingan.
b. Maintain good relationship; menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru dengan siswa. Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya.
c. Developing a desire for counseling; menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran siswa akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan tentang hasil dari suatu tes, seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak lanjutnya.
d. Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa, dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi siswa.
e. Melakukan analisis sosiometris, dengan cara ini dapat ditemukan siswa yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian sosial
2. Identifikasi Masalah; langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar, permasalahan siswa dapat berkenaan dengan aspek : (a) substansial – material; (b) struktural – fungsional; (c) behavioral; dan atau (d) personality. Untuk mengidentifikasi masalah siswa, Prayitno dkk. telah mengembangkan suatu instrumen untuk melacak masalah siswa, dengan apa yang disebut Alat Ungkap Masalah (AUM). Instrumen ini sangat membantu untuk mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi siswa, seputar aspek : (a) jasmani dan kesehatan; (b) diri pribadi; (c) hubungan sosial; (d) ekonomi dan keuangan; (e) karier dan pekerjaan; (f) pendidikan dan pelajaran; (g) agama, nilai dan moral; (h) hubungan muda-mudi; (i) keadaan dan hubungan keluarga; dan (j) waktu senggang.
3. Diagnosis; upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang melatarbelakangi timbulnya masalah siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar faktor-faktor yang penyebab kegagalan belajar siswa, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun out put belajarnya. W.H. Burton membagi ke dalam dua bagian faktor – faktor yang mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar siswa, yaitu : (a) faktor internal; faktor yang besumber dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti : kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi, sikap serta kondisi-kondisi psikis lainnya; dan (b) faktor eksternal, seperti : lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk didalamnya faktor guru dan lingkungan sosial dan sejenisnya.
4. Prognosis; langkah ini untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami siswa masih mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternatif pemecahannya, Hal ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil langkah kedua dan ketiga. Proses mengambil keputusan pada tahap ini seyogyanya terlebih dahulu dilaksanakan konferensi kasus, dengan melibatkan pihak-pihak yang kompeten untuk diminta bekerja sama menangani kasus - kasus yang dihadapi.
5. Remedial atau referal (Alih Tangan Kasus); jika jenis dan sifat serta sumber permasalahannya masih berkaitan dengan sistem pembelajaran dan masih masih berada dalam kesanggupan dan kemampuan guru atau guru pembimbing, pemberian bantuan bimbingan dapat dilakukan oleh guru atau guru pembimbing itu sendiri. Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek kepribadian yang lebih mendalam dan lebih luas maka selayaknya tugas guru atau guru pembimbing sebatas hanya membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih kompeten.
6. Evaluasi dan Follow Up; cara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha pemecahan masalah seyogyanya dilakukan evaluasi dan tindak lanjut, untuk melihat seberapa pengaruh tindakan bantuan (treatment) yang telah diberikan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi siswa.
Berkenaan dengan evaluasi bimbingan, Depdiknas telah memberikan kriteria-kriteria keberhasilan layanan bimbingan belajar, yaitu :
1. Berkembangnya pemahaman baru yang diperoleh siswa berkaitan dengan masalah yang dibahas;
2. Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan melalui layanan, dan
3. Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa sesudah pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut pengentasan masalah yang dialaminya.
Sementara itu, Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan beberapa kriteria dari keberhasilan dan efektivitas layanan yang telah diberikan, yaitu apabila:
1. Siswa telah menyadari (to be aware of) atas adanya masalah yang dihadapi.
2. Siswa telah memahami (self insight) permasalahan yang dihadapi.
3. Siswa telah mulai menunjukkan kesediaan untuk menerima kenyataan diri dan masalahnya secara obyektif (self acceptance).
4. Siswa telah menurun ketegangan emosinya (emotion stress release).
5. Siswa telah menurun penentangan terhadap lingkungannya
6. >Siswa mulai menunjukkan kemampuannya dalam mempertimbangkan, mengadakan pilihan dan mengambil keputusan secara sehat dan rasional.
7. Siswa telah menunjukkan kemampuan melakukan usaha –usaha perbaikan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya, sesuai dengan dasar pertimbangan dan keputusan yang telah diambilnya

A.    PENGERTIAN BELAJA DAN TUJUAN BELAJAR
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata, menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Lantas, apa sesungguhnya belajar itu ?

Di bawah ini disampaikan tentang pengertian belajar dari para ahli :
•    Moh. Surya (1997) : “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.
•    Witherington (1952) : “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
•    Crow & Crow dan (1958) : “ belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”.
•    Hilgard (1962) : “belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”
•    Di Vesta dan Thompson (1970) : “ belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”.
•    Gage & Berliner : “belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang yang muncul karena pengalaman”
•    Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Slameto (2003:2) yakni belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri.


Tujuan bimbingan belajar antara lain :

1. Pengembangan sikap dan kebiasaan yang baik, terutama dalam mengerjakan tugas dalam ketrampilan serta dalam bersikap terhadap guru.
2. Menumbuhkan disiplin belajar dan terlatih, baik secara mandiri atau kelompok.
3. Mengembangkan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya di lingkungan sekolah atau alam sekitar untuk pengembangan pengetahuan, ketrampilan dan pengembangan pribadi.


B.    JENIS-JENIS MASALAH BELAJAR DAN IDENTIFIKASI PESERTA DIDIK YANG DIPERKIRAKAN MENGALAMI MASALAH BELAJAR
Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses belajarnya. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang dimilikinya dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau cerdas.

Dari pengertian masalah belajar di atas maka jenis-jenis masalah belajar si Sekolah Dasar dapat dikelompokkan kepada murid-murid yang mengalami.
•    • Keterlambatan akademik, yaitu keadaan murid yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkan secara optimal.
•    • Kecepatan dalam belajar, yaitu keadaan murid yang memiliki bakat akademik yang cukup tinggi atau memilki IQ 130 atau lebih, tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untukmemenuhi kebutuhan dan kemampuan belajarnya yang amat tinggi.
•    • Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan murid yang memilki bakat akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.
•    • Kurang motivasi belajar, yaitu keadaan murid yang kurang bersemangat dalam belajar, mereka seolah-olah tampak jera dan malas.
•    • Bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi murid yang kegiatannya tau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui dan sebagainya.
•    • Sering tidak sekolah, yaitu murid-murid yang sering tidak hadir atau menderita sakit dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga kehilanggan sebagian besar kegiatan belajarnya.


C.    FAKTOR PENYEBAB TERJADI MASALAH BELAJAR DAN UPAYA MEMBANTU PESERTA DIDIK DALAM MENGATASI MASALAH BELAJAR
Pada garis besarnya faktor-faktor timbulnya masalah belajar pada murid dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu:
a. Faktor-faktor internal (faktor-faktor yang berada pada diri murid itu sendiri), antara lain:
1. Gangguan secara fisik, seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat bicara, gangguan panca indera, cacat tubuh, serta penyakit menahun.
2. Ketidakseimbangan mental (adanya gangguan dalam fungsi mental), seperti menampakkan kurangnya kemampuan mental, taraf kecerdasan cenderung kurang.
3. Kelemahan emosional, seperti merasa tidak aman, kurang bisa menyusuaikan diri (maladjusment), tercekam rasa takut, benci dan antipati, serta ketidak matangan emosi.
4. Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap yang salah, sperti kurang perhatian dan minat terhadap pelajaran sekolah malas dalam belajar, dansering bolos atau tidak mengikuti pelajaran.
b. Faktor-faktor eksternal (faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu), yaitu berasal dari:1. Sekolah, antara lain:
•    • Sifat kurikulu yang kurang fleksibel
•    • Terlalu berat beban belajar (murid) dan untuk mengajar (guru)
•    • Metode mengajar yang kurang memadai
•    • Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar.
2. Keluarga (rumah), antara lain:
•    • Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis
•    • Sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya
•    • Keadaan ekonomi.

. USAHA MENGATASI ANAK BERMASALAH DALAM BELAJARNYA

Secara sistematis, langkah-langkah yang perlu diambil dalam usaha mengatasi anak bermasalah adalah :
1) Memanggil dan menerima anak yang bermasalah dengan penuh kasih sayang
2) Dengan wawancara yang dialogis diusahakan dapat ditemukan sebab-sebab utama yang menimbulkan masalah.
3) Memahami keberadaan anak dengan sedalam-dalamnya
4) Menunjukkan cara penyelasaian masalah yang tepat untuk di renungkan oleh anak kemudian untuk dikerjakannya.
5) Menemukan segi-segi kelebihan anak agar kelebihan itu diaktualisisr guru megatasi kekurangannya
6) Menanamkan nilai-nilai spritual yang benar.
Wilis Dahar, Ratna, Teori-teori Belajar, Depdikbud Dirjend Pendidikan Tinggi PPL Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta, 1980

SARAN
Untuk memperluas wawasan pengetahuan mengenai alternatif-alternatif kiat pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru sangaat danjurkan mempelajari buku-buku khusus mengenai bimbingan dan konseling.


readmore...

Rabu, 19 Desember 2012

MANAJEMEN DAKWAH


TUGAS RESUME MANAJEMEN
 DAKWAH






Oleh:
MIFTAKHUL HUDA
NIM. 3217093058



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH
IBTIDAIYAH (PGMI)
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
TULUNGAGUNG
DESEMBER 2012

BAB I
ARTI, SEJARAH, PERANAN, DAN SARANA MANAJEMEN DAKWAH

A.    Manajemen Dakwah
Agama islam adalah konsepsi yangsempurna dan komperhenship, karenan meliputi segala aspek kehidupan manusia, baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi. Secara kualitas dakwah islam bertujuan untuk mememengarui dan mentransformasikan sikap batin dan prilaku warga masyarakat menuju suattu tatanan kesakehan individu dan kesalehan sosial. Dakwah adalah ajakan yang dilakukan untuk pembebasan individu atau masyarakat dari pengaruh eksternal nilai-nilai syaitaniah dan kejahilan menuju internalisasi nilai-nilai ketuhanan. Disamping itu, dakwah bertujauan untuk meningkatkan pemahaman agama dalam berbagai aspek ajaran agar diaktualisasikan dalam sikap, berfikir dan bertindak.
Dalam konteks ini maka pelaku dakwah dituntut untuk menampilkan ajaran islam secara rasional dengan memberikan interprestasi kritis untuk merespons nilai-nilai yang masuk melalui berbagai informasi dari seluruh penjuru dunia. Dakwah juga harus menampilkan islam sebagai icon rahmat semesta bukan saja pada aspek kehidupan bagi umas islam tetapi juga umat yang lainnya sebagai keuniversalannya. Untuk mencapai tujuan ini secara maksimal, maka disinilah letak signifikannya manajemen dakwah untuk mengatur, dan mengantarkan dakwah tepat sasaran dan mencapai tujuan yang diharapkan.
1.    Proter Managemen Dakwah Dalam Al Quran
Karena jaran islam merupakan sitem nilai yang sempurna dan kompehenship yanh ditegaskan dalam Al Quran. Oleh karena itu setiap muslim harus meyakini kesempurnaan Al Quran dan harus memehami nilai-nilai yang ada. Hal ini ditegaskan dalam sebuah hadist  yang diriwayatka oleh Bukhari yang artinya.” Tiap tiap kamu adalah pemimpin dan kamu dimintai prtanggung jawaban tentang kepemimpinanmu masing masing”.
2.    Pengertian manajemen
Seacar epistimologi, kata manajemen berasal dari bahasa inggris mangement yang artinya ketatalaksanaan, dalam bahasa arab manajemen diartiakn sebagai an-nizam atau at-tauzhim yang merupakan suatu tempat menyimpan segala sesuatu. Robert Kritiner mendifinisikan manajemen sebagai suatu proses kerja melaalui orang lain untuk mencapai tujuann organisasi dalam lingkaran yang berubah. Sedangkan dalam bahasa sederhananya pengrtian manajemen dapat diartikan sebagai kemampuan bekerja dengan orang lain dalam suatu kelompok yang terorganisasi guna mencapai tujuan,
Pada pengertian diatas terdapat tiga dimensi yang penting yaitu, 1) manajemen terjadi berkat kigiatan yang dilakukan oleh pengelola, 2) kegitan yang dilakukan bersama sam melalui orang lain untuk mencapai tujuan, 3) manajemen dilakukan oleh organisasi sehingga tujuan organisasi akan tercapai .
3.    Pengertian Dakwah
Secara epistimologi . Dakwah berasal dari bahas arab taitu da’a, yat’u, da’wan, du’a yang artinya mengajak atau menyeru, memanggil, seruan dan permohonana. Dalam Al Quran dakwah diungkapkan dalam bentuk Fi’il maupun mashdar sebanyak dari seratus kata. Al Quran menggunakan kata dakwah untuk mengajak kebaikan yang disertai dengan resiko masing-masing. Secara epistimologis dimaknai adri aspek positif ajakan tersebut,yaitu ajakan kepada kebaikan dan keselamatan dunia akhirat.Para ulama mendevinisikan secara bervariasi antara lain : Quraish Shihab mendefinisikan sebagai seruan atau ajakan kepada keinsafan. Masdar Helmy mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak dan menggerakkan manusia agar menaati ajaran islam termasuk amr ma’rif nahi mungkar. Nasarudin Latif mengatakan bahwa dakwaha dalah sitiap usaha aktivitas dengan lisan atau tulisan yang bersifat menyeluruh, mengejak memnaggil untuk beriman kepada Allah.
Dari devinisi-devinisi diatas telihat denga redaksi yang berbeda, namun dapat disimpulkan bahwa esensi dakwah merupakan aktivitas dan upaya untuk mengubah manusia, baik individu maupun masyarakat dari situasi yang tidak baik menjadi lebih baik. 
4.    Unsur-unsur Dakwah
Adalah komponen-komponen yang terdapat dalam setiap kegiatan dakwah. Unsur-unsur tersebut adalah Da’i adalah orang yang melakukan dakwah baik secara lisan maupuan tulisan. Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah. Maddah adalah Isi pesan atau materi yang disampaikan da’i kepada mad’u. Wasilah adalah media, alat yang digunakan untuk menyampaikan materi dakwah kepada mad’u. Thariqoh adalah cara yang ditempuh atau ditentukan yang jelas untuk mencappai suatu tujuan secara sistem,tata fikir manuisa. dan Atsar adalah efek dari penyampain dakwah oleh da’i terhadap individu atau masyarakat.

B.    Sejarah Manajemen Dakwah
Secara klasik manajemen muncul ribuan tahun lalu ketika manusia sudah melakukasebuah pengorganisasian yang diarahkan kepada orang orang yang bertanggung jawab atas perencanaan,pemimpin dan pengendalian kegiatan manusia. Manajemen klasis dimulai sejak zaman prasejarah dan berkembang bersamaan dengan perkembangan manusia. Hal ini didasrkan pada zaman manusia mesopotomia yaitu masyarakat yang menggunakan uang sebagai alat pembayaran. Pada waktu itu mata uang logom digunakan sebagai alat tukar menukar dalm mengatur perdagangan.
Mesir kuno sebagai salah satu peradapan dunia yang tercatat dalam “pepipus” yang dikenal dengan keajaiban piramidanya.Beralih keromawi kuno yang merupakan kebanggaan dari Romawi Kuno dengan maha karya “Cecero” yang menggunakan konsep administrasi dan konsep demokratos yang merupakan idaman masyarakat modern. Sementara itu sejarah perkembangan manajemen dunia tumbuh dan perkembanag pesat karena dibuthkan untuk mengatur dan bekerja sama secara simbolis dalam dunia industri, pertanian, pendidikan dan lain lain.
Sebagai perintis ilmu manajemen , Adam Smith menerbitkan sebuah doktrin klasik, dimana ia mengemukakan keuntungan ekonomi yang akan diperoleh organisasi atau masyarakat yang melakukan pembagian kerja. Pengaruh lain terjadi pada saat revolusi industri di Inggris, sumbangan penting dalam dunia manajemen adalah terjadinyaproses pengambilalihan tenaga mesin dengan cepat menggantikan tenaga manusia, yang pada gilirannya menjadikan produksi lebih ekonomis.
Sedangkan dalam prinsip manajemen islam, dalam sejarh perkembangannya manajemen dipengarui oleh agama, tradisi, adat istiadat dan sosial budaya. Maka islam dalam memandang manajemen berdasarkan teologi, yakni pada dasarnya manusia memiliki potensi positif yang dilukiskan dengan istilah hanif. Sebagaimana telah dijelaskan dlam Hadist Qudsi yang artinya;” sesungguhnya telah kuciptakan hamba-hambaku berwatak hanif, kemudian setan datang kepa mereka, maka disesatkan mereka dari agama mereka”.
Dalam Hadis Qudsi diterangkan bahwa, jika manusia melakukan perbuatan yang jelek, maka hali itu merupakan pengaruh dari dirinya sendiri yang datang dari luar dirinya, sebab dirinya tak mampu menhasilkan sesuatu yang jelek. Sedangkan dalam watak hanif ini akan mengiringi manusia pada sifat dasrnya yaitu cenderung untuk memilih yang baik dan benar dalam kehidupannya.
Al Quran juga menerangkan pokok-pokok ajaran yang merupakan prinsip dasar manajemen. Di mana di dalam akan tergambar ajaran mengenai hubungan manusia dengan kholiqnya dan terdapat ajaran mengenai prinsip cara memimpin, mengelola, serta mengatur kehidupan. Dalam tauhid manajemen merupakan sebuah teknik untuk mengelola supaya tidak lepas dari ubudiyah dan mu’amalah merupakan sebuah aspek tauhid yang harus dioercayai dan diyakini.
Pada masa Rosululloh, banyak teladan dalam manajemen dari kehidupan dakwah rosululloh. Melauli petunjuk Allah SWT Rosulullah mulai melakukan aktivita dakwahnya scara hierarki. Dengan cara mengajak keluarga dekat kemudian pengingat kaumnya, pengingat angsa arab, dan yang terakir beliau pengingat seluruh alam. Secar keseluruhan aktivitas dakwah Rosululloh telah termanjerial.  
C.    Peranan Manajemen Dakwah
Dalalam era modern sekarang ini, dirunjukkan dengan berkembangnya pengetahhuan dan teknologi. Pada masa ini penuh dengan problema yang kompleks, problema tersebut menyangkut politik, sosial, ekonomi, budaya dan kenegaraan. Untuk mengetasi problema tersebut perlu adanya ilmu manajemen. Sementara itu, Christher J. Barnard mengemukakan “ Tidak ada suatu hal unntuk akal modern seperti sekarng ini yang lebih penting adri  administrasi dan manajemen”.
Ajaran islam adalah konsepsi yang  sempurna dn komperhensgip. Karena meliputi aspek kehidupan manusia, betapa ppun garis besarnya saja, baik yang bersifat duniawi dan ukhrawi. Sebagaiman diterangkan dalam surat Al Maidah : 3 yang artinya “  Pada hari ini telah aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepada-Mu nukmat-Ku, dan telah kuridhai islam sebagai agamamu..
Menurut Mitzbererg peranan manajerial dapat diklasifikasikan dalam berbagai kegiatan yaitu 1) berkaitan dengan hubungan antar pribadi, 2) Berkaitan dengan informasi, 3) Berakaitan dengan penganbialan keputusan.
D.    Srana Manajemen Dakwah
Diantar sarana-sarana manajeman yang bersufat manajerial yang paling penting adalah 1) Manajemen dengan pengaturan yaitu manajemen yang didasarkan pada sikap berlebih lebihan tanpa memikirkan aspek keluar, 2) Manajemen reaksi, manajemen yang disasarkan pada aspek menunggu reaksi pihak lain, 3) Manajemnen krisis , merupakan sebuah manjemen yang bersifat insidental, 4) Manajemen bertujuan, manajemen yang dibangun berdasarkan sikap memperliahtkan tujuan kepada kariawan, 5) Manajemen mengakah, Manajemen dengan strategi mundur dalam melakukan posisi, dll.
Sedanagkan sarana manajemn yang bersifat aplikatif melitputi :
1.    Penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas atau memadai.
2.    Pengadaai informasi yang tepat dan akurat
3.    Pengadaan alat-alat pendukung
4.    Pengadaan dakwah yang sesuai dengan kebutuhan serta dengan kondisi mad’u
5.    Dukungan finansial untuk pendukung sesuai aktifitas lembaga dakwah.
E.    Ruang Lingkup Kegiatan Manajeman Dakwah
Ruang likup manajemen dakwah dalam tataran ruang linkup manajemen merupakan sarana atau alat pembantu dalam aktivitas dakwah itu sendiri. Karena pada dasarnyasebuah aktivitas dakwah itu kan timbul probelm yang sangat kompleks. Dalam konteks ini , maka perlu manajemen sangat berpengaruh dalam pengelolaan sebuah lembaga atau orgaanisasi dakwah sesuia dengan tujuan yang diharapkan. Tiga komponen yang mepenagruibaktivitas dakwah diantara :1) keberadaan sesoarang, 2) materi merupakan isi yang akan disampaikan kepada mad”u, 3) mad’u dalam kegiatan dakwah harus jelas sasarannya. Apabila ketiga komponen tersebut diolah dengan manajemen sislam, maka aktivitas dakwah akan berlangsung secara lancar dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Sebab bagaimananpun juga sebuah aktivitas memerluakan sebuah pengelolaan yang tepat bila ingin dapat berjalan yang sempurna.
F.    Fungsi Manajeman Terhadap Tujuan Dakwah
Fungsi manajemen adalah rangkaian berbagai kegiatan yang telah ditetapkan dan dimiliki hubungan saling ketergantungan atara satu dengan yang lainnya yang dilaksanan orang orang dalam organisasi. Manajemen juga merupakan faktor utama yang turut andil dalam mewujudkan tujuan lembaga dakwah dengan sempurna, melalaui jalan pengaturan faktor faktor yang penting untuk mewujudkan tujuan berupa dana, personel, materi, media dan informasi.
G.    Tujuan Dakwah Terhadap Manajemen Dakwah
Merupkan keinginan yang dijadikan pedoman bagi manajemen puncak organisasi untuk meraih hasil tertentu atas kegiatan yang telah dilakukan dalam dimensi waktu tertentu. Dalam tujuan memiliki target target tertentu untuk dicapai jangka waktu tertentu juga. Adapun karakteristik tujuan dakwah adalah sesuai, berdimensi waktu, layak, luwes, bisa difahami.
Dalam firman-Nya dalam  surat adz- Dzariyat:56 yang artinya “ Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia malinkan supaya mereka menyembahku”. Dari arti ayat tersebut dapat diambil makna bahwasannya  memanggil kita kepada tujuan hidu hakiki yakni menyembah allah.
Tujuan umum dakwah merupakan suatu yang hendak dicapai dalam aktivitas dakwah. Ini berarti, bahwa tujuan dakwah masih bersifat umum dan utama, diman seluruh gerak langkah proses dakwah harus ditunjukkan dan diarahkan kepadanya. Dalam Al Quran tujuan dakwah adalah mengajak umat manusia kepada jalan yang benar yang diridhai oleh Allah SWT.
































BAB 2
PERENCANAAN DAKWAH

A.    Perencanaan Dakwah
Rencana adalah suatau rah tindakan yang sudah ditentukan terlebih dahulu. Dari perencanan tersebuta akan muncul sebuah tujuan keorganisasian. Dalam firman Allah dalam surat Sad: 27, dijelaskan bahwa, perencanaan merupakan starting point dari aktivitas manajerial. Karena bagaimanapun sempurnanya suatu aktivitas manajemen tetap membutuhkan perencanaan. Secara garis besar perancanaan dibagi menjadi dua macan yaitu : 1) rencana besar, merupakan rencana menyeluruh dari semua aktivitas yang dilaksanakan. 2) rencana biasa.
Perencanaa dalam bahasa arab dikenal dengan istilah takhthuth. Perencanaan dalam dakwah islam bukan merupakan sesuatau yang baru, akan tetapi aktivitas dakwah diera modern membutuhkan sebuah perencanaan yang baik dan mejadi agenda yang harus dilakukan sebelum melangkah panjang dalam dakwah selanjutnya.
Selanjutnya tugas dari perencana adalah mengkaji kondisi yang berkembang, mengetahui segala potensi yang dimiliki, dan potensi apa saja yang telah terpenuhi dan yang belum terpenuhi.oleh karena itu, dalam aktivitas dakwah, perencanaan menentukan langkah dan program dalam menentukan setiap sasaran, menentukan sarana prasarana atau media dakwah , serta personil yang akan diterjunkan. Sebuah perencanaan dikatakan baik apabila memenuhi persyaratan berikut: 1) didasarkan pada sebuah keyakinan bahwa apa yang dilakukan adalah baik, 2) dipastiakan betul bahwa sesuatu yang dilakukan memiliki manfaat, 3) didasarkan pada ilmu pengetahuan dengan pa yang dilakukan, 4) dilakukan studi banding, 5) difikirkan dan dianalisa prosesnya.
B.    Manfaat Perencanaan
Secar umum perencanaan membantu untuk menghindari penundaan-penundaan yang disebabkan oleh kegagalan melaksanakan suatu tindakan, dan untuk kembali mengambil langkah tindakan sendiri mungkion atas kegagalan.jadi, perencanan merupakan sesuatu yang sangat urgen dan dapat memberi manfaat bagi keberhasialn suatau aktivitas dakwah, yaitu antara lain :
1.    Dapat memebrikan batasan tujuan, sehingga mampu mengarahkan da’i secar tepat.
2.    Menghindari penggunaaan secara sporiditas sumber inasani.
3.    Dapat melakukan prediksi dan antisipasi mengenai berbagai problema.
4.    Dapt melakukan pengorganisasian dan penghematan waktu.
5.    Dapat melakukan pengawasan sesuai dengan ukuran obyektif.
C.    Jenis-jenis Perncanaan Dakwah
1.    Rencana strategi Vs Rencana oprasional
Rencana strrategis merupakan rencana yang berlaku bagi seluruh organisasi,sedangkan rencana oprasional dalah rencana yang menempatkan rincian tentang cara mencapai keseluruah tujuan organisasi.
2.    Rencana jangka pendek Vs Rencana jangka panjang
Rencana jangka pendek adalah rencana dengan asumsi kerangka waktu kurang dari satu tahun, sedangkan rencana penjang adalah rencana dengan batansan waktu libih dari tiga tahun.
3.    Rencana yang mengarah Vs Rencana khusus
Rencana khusus adalah rencana yang telah dirumuskan dengan jelas serta ditak menyediakan ruang untuk interfensi, sedangakan
4.    Rencana sekali pakai
Adalah rencana yang digunakan sekali saja yang secar khusu dirancang untu memenuhi kebutuhan dalam situasi khusu atau beberapa ragkaian tindakan.
D.    Sasaran Perencanaan Dakwah
Sasaran bisa disebut juga dengan tujuan, sasaran itu merupakan yang dapt memberiakn arah bagi semua keputusan manajemen, dan merupakan sebuah kriterian yang digunakan untuk dapat mengukur prestasi aktual. Dasar-dasar perencannaan adalah : 1) multinitas sasaran, 2) sasaran yang ditetapkan dakwah, 3) cara tradisionnal menetapkan sasaran dakwah, 4) manajer berdasarkan sasaran.
E.    Sisi Kelemahan Sebuah Perencanaan
1.    Perencanaan dapat menciptakan sebuah kekakuan. Usaha –usaha bersifat formal
2.    Perencanaan tidak dapat berkembangan dalam lingkungan yang dinamis
3.    Rencana-rencana formal tidak dapat menggantikan intuisi dan kreativitas.
4.    Rencana memutuskan perhatian para manajer pada persaingan.




BAB 3
PENGIRGANISASIAN DAKWAH

A.    Pengorganisasian Dakwah
Pengoganisasian adalah seluruh proses pengelompokan orang-orang, alatalat, ttugas tugas, tanggung jawab dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai satu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan. Pengorganisasian dalam pandangan islam buka semata-mata merupakan wadah, akan tetapi lebih menekankan bagaimana sebuah pekrjaan bisa dilakukan secara rapi, teratur, dan sitematis. Pada proses pengorganisasian kan menghasilkan sebuah rumususan struktur organisasi dan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab. Jadi yang ditonjolkan adalah wewenang yang mengikuti tanggung jawab.
Ada dua poin yang harus diperhatikan dlam pengorganisasian yaitu
1.    Desain organisasi(bentuk organisasi)
2.    Strutur organisasi, merupakan kerangka kerja formal organisasi yang dengan kerangka tugas dan jabatan dibagi-bagi.
B.    Bentuk-bentuk Organisasi Dakwah
1.    Spesialisasi Kerja
Diartiakan sebagai tinkat kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan yang ditekuninya, dan tugas-tugas organisasi dibagi menjadi pekerjaan-pekerjaan terpisah. Hakikat spesialisasi kerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang individu akan lebih baik apabila pekerjaan tersebut dipecah-pecah menjadi sebuah langkah. Bentuk-bentuk spesialisasi dalam organisasi secara formal dapat dibagi menjadi : a) organisasi garis, b)organisasi garis dan staf, c) organisasi fungsional, d), organisasi komite, e) organisasi matriks.
2.    Depertementalisasi Dakwah
Salah satu cara yang populer untuk mengelompokkan kegiatan dakwah adalah menurut fungsi yang dijalankan. Sementara itu landasan untuk mengelompokkan tugas-tugas dalam mencapai sasaran organisasi adalah dengan departementalisasi dakwah.
3.    Rantai Komando
Adalah sebuah garis wewenang yang tidak terputus yang membentang dari tingkat atas organisasi teus ketingkat paling bawahdan menjelaskan hasildakwah kedepartemen masing-masing. Dalam ratai komando ini tidak terlepas dari tiga konsep yaitu, 1) wewenang, 2) tanggung jawab, 3) komando.
4.    Rentang Kendali
Merupakan suatu konsep yang merujuk pada jumlah tambahan yang dapat disuprvisi oleh seorang manajer secara efisien dan efektif. Dalam memahami rentang kendali yang efektif dan efisien, maka akan ditentukan dengan melihat variabel kontingensi. Urgensinya, konsep rentang kendali dalam organisasi dakwah ini karena dapat menentukan jumlah tingkatan dan kuantitas manajer yang dimiliki oleh organisasi dakwah tersebut.
5.    Sentralisasi dan Desentralisasi
Sentrlisasi adalah sebagai kadar sampai mana pengambilan keputusan terkonsentrasi pada tingkat antar organisasi. Desentralisasi adalh pengertian terbalik dalam artian pengalihan wewenang untuk membuat keputusan ketingkat yang lebih rendah dalam organisasi. Kedua konsep tersebut secara aplikasi bersifat relatif dan absolut, sehingga dapat diterjemahkan bahwa sebuah organisasi itu tidak sepenuhnya tersetralisasi dan terdesentralisasi.
6.    Fomalisasi Dakwah
Adalah sejauh mana pekerjaan atau yugas-tugas dalam sebuah organisasi dakwah dibakukan dan sejauh mana tingkah laku, skill dan ketrampialan para da’i dibimbing dan diarahkan secara prosedural olelh peraturan.
C.    Desain Pengorganisasian
1.    Organisasi yang mekanistik
Sebuah struktur organisasi yang dicirikan oleh spesialisasi yang tinggi, departementalisasi yang luas, rentang kendali yang sempit, normalisasi yang tinggi, jaringan formalisasi yang tertulis, dan partisipasi yang sedikit dalam pengambila keputusan dan pekerjaan dibawahnya.
2.    Organisasi organik
Suatu struktur pengorganisasian yang adaptif dan fleksibel dengan spesialisasi kerja yang sangat sedikit, formalisasi yang minimal, dan supervisi langsung ke pekerja junior.
D.    Strategi dan Struktur Dakwah
Struktur dakwah adalah sarana untuk menolong para manajer dakwahdalam mencapai sasarann. Tegasnya struktur organisasi harus mengikuti strategi dakwah. Strategi dan struktur organisasi dakwah difokuskan pada unsur-unsur sebagai berikut: 1) inovasi para pelaku dakwah yang akan mencerminkan usaha organisasi, 2) minimalisasi biaya yang mencermminkan organisasi untuk melakukan pengendalian biaya secar ketat.
Sedangkan faktor yang mempengarui strategi dan struktur organisasi dakwah adalah 1) takaran dan struktur,2 ) teknologi dan struktur, 3) ketidak pastian lingkungan..
E.    Komunikasi dan Desain Organisasi Dakwah
Implikasinya desain organisasi dakwah adalah desai organisai sekrang yan berbasis tim, tanpa batas, tidak telaksana tanpa ketersediaan, dan mudah mengakses informasi yang dimungkinkan oleh saran teknologi.
F.    Tujuan Pengorganisasian
1.    Membagi kegiatan-kegiatan dakwah menjadi departemen-departemen atau devisi-devisi
2.    Membagi kegitan dakwah serta tnggung jawab yang berkaitan dengan masing-masing jabatan.
3.    Mengoerdinasikan berbagai tugas organisasi dakwah.
4.    Mengelompokkan pekerjaan-pekrjaan dakwah dalam unit-unit
5.    Membangun hubungan dengan kalangan da’i
6.    Menetapkan garis-garis wewenang.
7.    Mengalokasikan dan menberikan sumber daya organisasi dakwah
8.    Dapat menyalurkan organisasi dakwah secara logis dan sitematis.










BAB 4
PENGGERAKAN DAKWAH

A.    Penggerakan Dakwah
Merupakan inti dari manajemen dakwah, karena dlam proses ini semua dakwah dilaksanakan. Adapaun pengertian penggerakan adalah seluruh proses pemberian motivasi kerja kepada para bawahan sedemikian rupa, sehingga mereka mampu bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi. Agar fungsi dari perggerakan bejalan secara optimal maka harus teknik-teknik tertentu diantaranya , petema menberikan penjelasan secara komperhenship kepada seluruh elemen dakwah, kedua usaha agar setip pelaku dakwahmenyadari, memahami dan menerima tujuan yang telah diterapkan, ketiaga setiap pelaku dakwah mengerti sruktur yang dibentuk, keempat, memperlakuakan bawahan secara baik dan meberikan penghargaan yang diiringkan dengan bimbingan dan petunjuk.
B.    Pemberian Motivasi
Motivasi diartikan sebagai kemampuan seorang manajer atau pemimpin dakwah dalam memberikan sebuah kegairahan, kegiatan dan pengertian. Dengan kata lain, bahwa motivasi adalah memberikan semangat atau dorongan pada para pekerja untuk mencapai tujuan bersama dengan cara memenuhi kebutuhan dan harapan mereka. Hal ini sebagaiman diindikasikan oleh hadis Nabi yang menjelaskan”kasihanilah mereka yang da di bumi niscya yang dilangut akan mengasihimu”. Dengan adany rasa memiliki dan bertanggung jawab, maka akan menumbuhka rasa kekecewaan jika gagal dan meras bahagia jika tujuannya tercapai. Apabial perasaan tersebut sudah mengakar maka fungsi motivasi sangant penting, akan tetapi ia juga sulit dirasakn karena disebabkan oleh beberapa alsan.
Jadi, motivasi itu merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antar sikap, kebutuhan persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang. Dalam manajemen dakwah pemberian motivasi dapat berupa, mengikutsertakan dalam pengambilan keputusan
C.    Melakukan Bimbingan
Imbingan disini diartikan sebagai tindakan pimpinan dakwah yang dapat menjamin terlaksananya tugas-tugas dakwah sesuai dengan rencana ketentuan-ketentuan yang telah dugariskan. Daalam proses pelaksanaanaktivitas dahwah itu masih banyak hal-hal yang diberikan sebagai sebuah arahan atau bimbingan. Adapun komponen bimbingan adalah nasihat untuk membantu para da’i dalam melaksanakan perannya serta mengatasi masalah dalam menjalankan tugasnya. Suatu pengarahan atau bimbingan harus mnegikuti syrat agr berjalan dengan efisian. Adapu syrat tersebuta dalah, sedapat mungkin lengkap dan tegas, memiliki tujuan yang masuk akal, dan sedapat mungkin tertulis.
D.    Menjalin Hubungan
Definisi sebuah tim adalah sebagai dua orang atu lebih yang berinteraksi dan saling memengarui kearah tujuan bersama. Untuk itu diperlukan sebuah hubungan yang harmonis antara semua elemen yang berkaitan dalam aktivitas dakwah. Akan tetapi tidak semua orang diktakan tim, untuk dianggap sebuah tim, maka sekumpulan orang tersebut harus memiliki karkteristik sebagai berikut : 1) ada berbagai kesepakatan terhadap misi tim, 2) semua anggota harus menaati peraturan tim yang berlaku, 3) ada pembagian tanggung jawab dan wewenang yang adail, 4)morang beradaptasi terhadap perubahan.
Tim terbagi menjadi dua yaitu pertama  tim formal adalah suatu kelompok kerja yang ditandai dengan didefinisikan oleh struktur yang dibentuk secara sengaja oleh pemimpin dan diberi tanggung jawab untuk melakukan tugas tertentu. Kedua  tim informal suatu kelompok yang tidak tersetruktur secara formal atau ditetapkan secara organisasi.
E.    Penyelenggaraan Komunikasi
Dalam proses kelancaran dakwah komunikasi yakni suatu proses yang digunakan oleh manusia dalam usaha membagi arti lewat transmisi pesan simbolis merupakan hal yang sangat penting. Adapun manfaat dari penyelenggaraan komuikasi sebagai sarana yang efektif dalam sebuah organisasi adalah:
1.    Komunikasi dapat menempatkan orang pada tempat yang seharusnya.
2.    Komunikasi menempatkan orang-orang untuk terlibat dalam organisasi.
3.    Komunikasi menghasilkan hubungan dan pebgertia yang lebih baik antara atasa dan bawahan.
4.    Menolong orang-orang untuk mengerti perubahan.
Paling tidak ada dua alasan mengapa diperlukannya sebuah komunikasi yang efektif para pemimpin dakwah terhadap para anggotanya yaitu :1) komunikasi akan menyediakan chanel umum dalam sebuah proses manajemen, 2) ketrampilan komunikasi yang efektif dapat membuat para pemimpin dakwah menggunakan berbagai ketrampilan yang dimiliki dalam dunia organisasi.
BAB 5
PENGENDALIAN DAN EVALUASI DAKWAH

A.    Pengendalian Dakwah
Pengendalian dapat dimaksud sebagai sebuah kegiatan mengukur penyimpanga dari sebuah prestasi yang direncanakan dan menggerakkan tindakan korektif. Unsur-unsur dasar pengendalian meliputi :
1.    Sebuah standar spesifikasi prestasi yang duharapakan
2.    Sebuah pengukuran proses riil
3.    Sebuah laporan penyimpangan pada unit pengendalian
4.    Seprangkat tindakan yang dapat dilakukan oleh unit untuk mengubah prestasi mendatang
Pengendalian dakwah di sisi lain juga membantu seorang manajer dakwah  untuk memonitor keefektifan aktivitas perencana, pengorganisasian, serta kepemimpinan mereka. Dalam kaitannya dengan pengendalian dakwah dapat dikatan sebuah pengetahuan teoritis praktis. Kerena iti, para da’i akn lebih mudah untuk mencernanya jika dikaitkan dengan prilaku dari da’i itu sesua dengan organisasi.
B.    Unsur dan Proses Pengendalian Dakwah
Dalam hal ini unsur-unsur yang terakait meliputi, detektor, selektor, efektor, dan komunikator. Unsur-unsur tersebut satu sama lain saling berkaitan yang akan membentuk suatu jalinan proses kerja. Acuan normatif dalam organisasi dakwah yang berdasarkan Al Quran dan as-sunnah.
Pada dasarnya proses pengendalian manajemen dakwah yang efektif itu bersifat normal, namun pada realitasnya pengendalian informatif lebih dominan. Tahapan dalam manaajemen pengendalian diri terdiri atas, pengetahuan dan penganggaran.
Tidak tercapainya tujuan dakwah sesuai dengan standar disebabkan oleh beberapa faktor diantarang adalah faktor kurangnya dukungan finansial, tidak tersedianya waktu,situasi d an kondisi yang memadai dan menyelesaikan aktivitas dakwahnya dan kurangnya sumber daya manusia yang memadai.
C.    Funsi Pengendalian Dakwah
Pengendalian manajemen dakwah  dikonsentrasikan pada kativitas tugas-tugas dakwah yang sedang berlangsung maupun yang telah selesei dilakukan. Pada sisi lain pengendalian ini juga membantu manaker dakwah dalam memonitoring perubahan mad’u, perubahan lingkungan, dan pengarunya terhadap kemajuan organisasi. Secara spesifik pengendalian dakwah dibentuk untuk, 1) menciptakan suatu mutu dakwah yang lebih baik, 2) dapat menciptakan sebuah siklus yang lebih cepat, 3) unruk mempermudah pendelegasian da’i atau kerja tim. Sedangkan elemen untuk peningkatan strategi dan efektivitas organisasi dakwah meliputi pengembang peofesionalitas dan hubunga interpersonal,
D.    Efektivitas Manajerial
Secara umum menajemen dakwah yang efektif  ahrus dapat melakukan hal-hal sebagai berikut : 1) dapat menentukan visi, misi dan sarane jengka panjang dakwah, 2) memebuat rencana pelaksanaan misi dakwah,3) menggambarkan kreativitas dan daya inovasi sumber daya manusia, 4) meningkatkan strategi sumberdaya manusia merupakan stretegi dakwah yang terpadu, 5) proses pengambila keputusan dilaksanakan dengan memerhatikan aspirasi mad’u.
E.    Produktifitas Organisasi
Dapat diartikan sebagai kualitas strategi dakwah yang perlu ditingkatkan guna mendorong gerak dinamika organisasi itu sendiri. Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan adalah :
1.    Fokus utama dari usaha dakwah harus diorientasikan pada mad’u
2.    Kualitas dari kepemimpinan yang qualified
3.    Falsafah sudah diintergrasikan dalam strategi dakwah
4.    Membina kerja sama yang baik dalam tim
5.    Pemberdayaan sebuah pendelegasian dan wewenang. 
F.    Evaluasi Dakwah
Evaluasi dakwah dirancang untuk memberikan penilain kepada orang yang dinilia dan orang yang menilai atau tenteng pimpinan dakwah tentang informaasi mengenai hasil karyanya. Evaluasi menjadi sangat penting karena dpat menjamin keselamatan pelaksanaan dan perjalanan dakwah. Di sampi itu, evaluasi juga penting untuk mengetahui positif dan negatif pelaksanaan, sehingga dapat memanfaatkan yang positif dan meninggalkan yang negatif.
Dalam melakukan evaluasi seseorang harus mengetahui kriteri-kriteria dalam evaluasi diantaranya, mengetahuai sumberdaya da’i, menentukan kebutuhan individu atau keelompok, mengidentifikasi para anggota yang akan dipromosikan. Dengan melihat kriteria tersebit. Maka proses  evaluasi dakwah akan berjalan denga baik, sehingga dapat meminimalisir penyimpangan-penyimpangn dakwah.
G.    Evaluasi Perencanaan Dakwah
Mengevaluasi pada tahap ini sangat penting, karena mengingat pada tahap ini merupakan langkah awal yang harus dievaluasi secara dinni mengenai kekurangan-kekurangannya. Hasil adri evaluasi tersebut diharapkan menjadi umpan balik yang kuat, sehingga segala perencanaan yang dilakukan memang betul-betul matang. Evalusia terhadap perencanaan dapat dilakukan dengan berbagai uji indikator yang telah disiapkan dan sudah diantisipasi debelumnya.
































BAB 6
SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MANAJEMEN DAKWAH

A.    Pengembangan Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu pertama kuantitas, menyangkut jumlah sumber daya manusia yang sangat penting kontribusinya,kedua kualitas menyangkut mutu dari sumber daya manusia yang berkaitan dengan kemampuan fisik maupun kemampuan non fisik yang menyangkut kemampuan bekrja, berfikir dan ktrampilan-ketrampilan yang lainnya.
Dari urain diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa yang dimaksud dengan pengembangn sumber daya manusia secra makro adalah suatu proses peningktan kemampuan manusia dalam rangka mencapai tujuan. Sedangkan pengembangan sumberdaya manusia secara mikro adalah suatu proses perencanaan pendidikan, pelatihan dan pengelolaan tenaga atau kariawan untuk mencapai hasil yang maksimal.
Dalam persepektif islam, pengembangan sumber daya manusia merupakan suatu keharusan. Artinya, islam sangat peduli terhadap peningktan harkat dan martabat  manusia, karena dalam islam manusia berada pada posisi yang terhornat.
Kaitannya dengan maslah manajemen, maka sumber daya manusia tidak dapat dipisahkan dari aspek keseimbangan anatar ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai universal yang merupakan rohmatan lil alamin. Dalam dunia dakwah pengembangan sumber daya da’i lebih ditekankan pada pengembangan aspek mental, spiritual, dan  emosi serta psyico motoric manusia untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain, cita ideal  sumber daya manusia muslim adalah kemampuan dalam menguasai ilmu dan teknology yang diimbangi dengan kekuatan keimanan.
B.    Maksud dan Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Dakwah
Menurut Maslo, hakikat pengembangan sumber daya mannusia baik secara mikro maupun makro merupakan upaya untuk merealisasika semua bentuk kebutuahan manusia. Pada dasarnya manusia sudah memiliki empat potensi diantaranya,1) daya tubuh manusia memiliki ketrampilan dan kemampuan,2) daya moral yang mungkin manusi memiliki kemampuan moral, 3) daya akal yang mungkin manusi memiliki kemampuan untuk mengembangkan ilmu dan teknologi,4) daya hidup yang mungkin manusia memiliki kemampuan untuk berdaptasi dengan lingkuan. Tujuan suber daya manusia adalah, tujuan pembangunan jasmani, tujuan pembangunan rohani. Adfapun tujuan sumbardaya manusi menurut islam adalah membentuk manuis ayang bertakwa kepada Allah SWT. Sedangkan tujuan utamanya dalah untuk meningkatkan kontribusi sumber daya manusia untuk organisasi dalam rangka mencapai produktivitas organisasi yangbersangkutan.
C.    Ciri-ciri Pengembangan Sumber Daya Manusia Yang Efektif
Pengembangn sunber daya manusi dikatajkan berhasil apabila bersifat sitematik, yakni memiliki tujuan yang spesifik dan berkelanjutan dalam program pelatihan yang kongret. Dismping itu, ciri yang lain adalah nilai sebuah kebutuhan dan rencana yang terpadu. Program sumber daya manusia diawali dan diakhiri dengan pelatihan. Oleh karena itu, perlu dipehatikan dalam pelaksanaan pelatihan tidak hanya sebatas pelatihan saja, namun pelatihan tersebut diikuti dengan aktivitas yang berkelanjutan. 
D.    Mengmbangkan Individu Da’i yang Profesional
Pengembangn sumber daya da’i dengan pendekatan invidu memungkinkan para da’i itu sendiri untuk belajar melalui berbagai cara. Dengan cara begiti seorang da’i bisa  bertidak secara profesional. Sesorang bisa dikatan profesional apabila, memiliki suatu keahlian khusus, merupakan suatu panggilan khusus, memiliki teori yang baku secara universal dan memiliki otonomi dalam melaksanakan pekerjaannya.
Dengan kata lain setiap orang yang menjalan kan aktivitas dakwah, hendaknya memiliki kepribadian yang baik sebagai seorang da’i dan didukung dengan pengetahuan yang memadai.

















BAB 7
KEPEMIMPINAN DALAM MANAJEMAN DAKWAH

A.    Kepemimpinan Dalam Manajemen Dakwah
Pemimpin merupakan faktor penentu dalam maraih sukses bagi seluruh organisasi. Terdapat beberapa istilah dalam Al Quran yang merujuk pada pengertian pemimpin. Pertama  kata umara’ yang sering disebut juga dengan ulil amri dan khadimul ummah yang artinya pelayan umat.
Para pemimpin harus mampu mengantisipasi perubahan yang terjadi secara tiba-tiba. Sementar itu, dalam manajemen adalah suatu proses yang doterapkan oleh individu atau kelompok dalam upaya melakukan koordinasi untuk mencapai suatu tujuan. Untuk itu seorang manajer harus memiliki sebuah ketrampilan yang menjadi unsur bersama, diantara tingkatan-tingkatan mananjemen yang berbeda, dimulai dari tingkatan paling bawah,tingkatan menengah dan sampai tingkatan tertinggi. Sacara umum ketrampilan yang harus dimiliki diantaranya, teknical skill, humman skill, dan conceptual akill.
Sedangkan dalam kemampuan dakwah harus dilandasi oleh konsep kepemimpinan demokratis yang meberapakan prinsip yang berhububfab dengan spesialisasi. Kepemimpinan berdakwah merupakan konsep yang kompleks dan dominan. Dengan demikian hakekat kepemimpinan berdakwah adalah kemampuan untuk memengarui dan menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan. Kemampuan memengarui orang lain merupakan kekeutan immateral yang melekat pada diri seseorang pemimpin, dan kekuatan tersebut menyebabkan pemimpin memiliki pengikut.
B.    Definisi Kepemimpinan Dalam Konsep Manajemen Dakwah
Dalam kepemimpinan terdapat hubungan antara manusia, yaitu hubungan memengarui dan hubungan kepatuhan para pengikut bawahan karena dipengarui oleh kewibawaan pemimpin. Pengertian pemimpin menurut para  ahli adalah sebagai suatu konsep manajemen dalam kehidupan organisasi yang memiliki posisi sangat strategis dan merupakan gejala sosial yang selalau diterapkan dalam kehidupan kelompok. Kepemimpinan sebagai konsep manajemen dapat dirumuskan sebagai berikut : 1)sebagai salah satu seni dalam berdakwah, 2) sebagai bentuk persuasif dan inspirasi dalam berdakwah, 3) kepemimpinan merupakan kepribadian yang mempunyai pengaruh.

C.    Kepemimpinan Dalan Rangka Manajemen Dakwah
Hubunganantara kepemimpinan, manajemen dan dakwah merupakan sebuah hubungan yang sinegris. Dalam setiap organisasi dakwah dalam tingkat dan jenis apa pun peranan manajemen dan kepemimpianan akan saling terkait didalamnya. Karena pada inyinay manajemen merupakan seramngkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh manajer untuk mengarahkan dan menggerakkan segala sumnber daya unyuk mencapai tujauan. Apabila seorang pemimppin dikaitkan deng manajerial, maka seorang pemimpin hatus memahami fungsi seorang manajer, karene manajer pada dasarnya adalah seorang pemimpin. Tugas-tugas seorang manajer adalah, mempelopori dan bertnggung jawab atas segala kepemimpinannya, merencanakan segala kegiatan, kondisi program, evaluasi, membuat sutau kerja lanjutan dan lain lain.
D.    Karakteristik Manaje Atau Pemimpin Dakwah
Pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang memiliki kemampuan untuk memadukan antara dimensi institusional dengan dimensi individu. Adapun karakter manajer dakwah yang ideal iti dapat dikategorikan sebagai berikut : amanah  merupakan kunci kesuksesan setiap pekerjaan, memiliki ilmu dan keahlian, maksudnya menerapkan dengan mengetahui spesialisasi pekerjaannya, memiliki kemampuan dan mapu merealistis, rendah diri, toleransi dan benar,adil dan lain lain.
E.    Peran Pemimpin Dakwah Dalam Pengembangan Sumbar Daya Manusia
Peranan yang dimaksud sebagai suatu rangkaian prilaku yang tertentu, yang ditimbulkan karena sesuatau  jabatan tertentu, atau karena adanya suatu faktor yang mudah dikenal. Ada bebrapa cara positif yang dilakukan oleh pemimpin dakwah unntuk menngembangkan kemampuan para da’i diantaranya, pertama pemimpin dakwah harus memiliki waktu yang cukup untuk melakukan perencanaan dan pelatihan, kedua menghadiri pelatihan dakwah tersendiri, ketiga menyediakan logistik serta prasarana lainnya dah keempat membuat kebijakan-kebijakan untuk mengenali dan menghargai individ-individu yang ingin berkembang.






BAB  8
PENGEMBANGAN PENINGKATAN PELAKSANAAN DAKWAH

A.    Pengembangan Dakwah
Proses pengembangan didasarkan pada sebuah kesadaran,  kemauan, keahlian, serta ketrampilan pada elemen dakwah ahar proses dakwah berjalan secara efektif dan efisien. Pengembangn dakwah adalah dua hal yang sangat diperlukan. Rosulullah mendorang umatnya supaya mengingat kualitas, cara kerja dan saran hidup serta memaksimalkan potensi sumber daya alam semaksimal mungkin.
Dalam dunia manajemen proses pengembangn itu merupakan sebuah usaha jangka panjang yang didukung oleh manajemen puncak untuk memperbaiki proses pemecahan masalah dan pembaharuan organisasi terutama diagnosa lewat diagnosis yang lebih efektif. Secara individu proses pengembangan yang berorientasi kepada prilaku para da’i memiliki sejumlah keuntungan salah satunya, terciptanya hubungan yang bersifat mutualisme.
B.    Prinsip-prinsip Pengembangan Dakwah
1.    Mengidebtifikasi kebutuhan akan penelitian
2.    Membantu rasa percaya diri da’i
3.    Membuat penjelasan yang berarti
4.    Membuat uraian pelatihan untuk memudahkan dalam pembelajaran
5.    Memberikan kesempatan untuk berpraktik secara umpan balik
6.    Memeriksa apabila program pelatihan itu berhasil
7.    Mendorong aplikasi dan ketrampilan dalam kerja dakwah










BAB 9
REKAYASA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF DAKWAH

A.    Rekayasa Sosial
Cara untuk mengubah tatanan kondisi masyarakat yang menyimpan, salah, buruk menjadi kondisi masyarakat yang lebih terarah, benar dan baik. Menurut para ahli rekayasa sosial adalah suatu upaya terencana untuk mengarahkan perbuatan sosial kearah yang baik. Dalam Al Quran dan al- Hadist, rekayasa sosial diungkapkan dengan beberapa ungkapan yaitu” taghyir ma’bi qaumin” (mengubah apa yang ada pada satu kaum). Berdasarkan hadist riwayat HR. Muslim, ada tiga hal yang perlu dicatat dengan perubahan kondisi sosial masyarakat yaitu pertama mengidentifikasi bentuk kemungkaran terlebih dahulu, kedua menghiting-hitung kemampuan atau kekuatan, ketiga menentukan strategu dan metode yang akan digunakan dalam melaksanakan suatu peubahan.
B.    Metode Dalam Rekayasa Sosial
Dalam pembentukan sebuah masyarakat memerlukan tahapan yang didasarkan pada perencanaan yang matang yang secara tidak langsung menggunakan kaidah dalam manajemen dakwah. Sebagaiman yang telah dicantumkan dalam Al Quran, perubahan memiliki dua tahapan pertama, tahap perubahab pemikiran, pemahaman, kaidah, dan akhlak. Kedua, tahapan perubahan kondisi masyarakat.
C.    Kondisi Sosial Yang Perlu Diubah
Terdapat beberapa ungkapan dalam Al Quran yang digunakan untuk mengubah kondisi sosial masyarakat yang perlu diubah. Diantaranya al-zhulumat yang terdapat dlam firman Allah surat Ibrahim. Menurut al- Raghib istilah al-zhumat  ada dua makna pertama kegelapan dan kedua kebodohan, kemusrikan dan kefasiakn.
Berdasarkan dua makna diatas dapat disimpulkan, bahwa kondisi masyarakat yang perlu mendapat rekayasa sosial adalah kondisi sosial yang menyimpang, salah dan buruk, seperti kemusyrikan, kefasikan, kebodohan dan keracunan.
D.    Profesionalitas
Pelaku dalam rekayasa sosial disebut dengan agent of sicial change pihak pihak yang menghendaki perubahan sosial. Beberapa ungkapan yang memounyai kesamaan makna atau paling tidak subtansinya sama  dengan rekayasa sosial yaitu al-taghyir, al-shlah, al-amr bi al-ma’rufwa al-mahy’an al-munkar. Itulah beberapa ungkapan yang isyaratkan makna agen rekayasa sosial.
E.    Sumber Daya Manusia
Dilihat dari pihak yang hendak melakukan rekayasa sosial dalam hal ini para da’i dapat bersifat individu dan dapat pula bersifat kolektif. Dengan mengacu pad Al Quran dan Hadist . maka persyaratan-persyaratan baik secara eksplisit maupun implisit untuk pihak-pihak yang yang hendak melakukan rekayasa sosial. Secara garis besar, ayat-ayat dan hadist yang menjadi syarat rekayasa sosial diklasifikasiakan menjadi dua yaitu pertama syuruth ilmiyyah (syarat-syarat ilmiah), kedua syuruth syakhshiyyah ( syarat-syarat kepribadian).









readmore...

Jumat, 14 Desember 2012

MAKALAH BIMBINGAN KONSELING

BAB I
PENDAHULUAN
A.        LATAR BELAKANG MASALAH
Dengan perkem bangan zaman yang semakin modern dan dengan munculnya berbagai macam alat teknologi canggih,seperti sekarang ini. Belum lagi dengan adanya berbagai macam bimbingan belajar memerlukan pemahaman dan kesadaran adanya hal tersebut. Dengan  ini perlu adanya sebuah pemahaman, pemikiran yang  menumbuhkan kesadaran pada peserta didik di SD/MI yang harus dilakukan oleh seorang guru karena betapa pentingnya kesadaran akan kemajuan zaman dan berbagai macam kegiatan disekitar lingkungan peserta didik yang nantinya akan memicu pada sebuah kemampuan yang dimiliki paling tidak menjadi sebuah cita dari peserta didik. Pemikiran inilah menjadi latar belakang betapa pentingnya seorang guru mampu memahami dari  bimbingan belajar yang kemudian dapat dijadikan sebuah transformasi kepada peserta didik di SD/MI untuk memunculkan kesadaran akan pentingnya hal tersebut.

B.        RUMUSAN MASALAH

1.       Pengertian belajar dan tujuan belajar
2.       Jenis-jenis masalah belajar dan identifikasi peserta didik yang diperkirakan mengalami masalah belajar
3.       Faktor terjadinya masalah belajar dan upaya membantu peserta didik dalam mengatasi masalah belajar
C.        TUJUAN
Dari pembahasan bimbingan belejar guru atau seorang pendidik mampu mengetau apa maksud dan tujuan dari bimbingan belajar, seorang guru juga harus mengetahu bagaimana penerapan bimbingan belajar di SD/MI, dan peranan tersebut tidak luput dengan adanya peserta didik akan kemajua zaman dan kesadaran. Melalui materi bimbingan belajar ini, pendidik dan umunya  bagi pembaca agar lebih mengetahui tentang bimbingan belajar.

BAB II
PEMBAHASAN

A.   PENGERTIAN BELAJAR DAN TUJUAN BELAJAR
1.    PENGERTIAN BELAJAR
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata, menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Lantas, apa sesungguhnya belajar itu ?
Di bawah ini disampaikan tentang pengertian belajar dari para ahli :
a.     Moh. Surya  belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
b.     Witherington belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan.
c.     Crow & Crow belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru.
d.     Hilgard  belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi.
e.     Di Vesta dan Thompson  belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman.
f.      Gage & Berliner  belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang yang muncul karena pengalaman.
g.     Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Slameto yakni belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri.
Dari beberapa pendapat diatas dapat dapat disimpulkan tentang pengertian belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang bsru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu untuk sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat dari penguasaan pola-pola respons terhadap lingkungan disekitarnya, yang berupa ketrampilan-ketrampilan, sikap, kecakapan, pengetahuan, pengalaman, dan apresiasi.secara komprehensif belajar mempunyai pengertian usaha untuk memperoleh perubahan tingkah laku.perubahan yang terjadi dalam preses ini adlah sifatnya, karena tidak setiap perubahan yang dialami oleh anak didik diartikan sebagai belajar.
2.    TUJUAN BELAJAR
Mengatasi masalah-masalah yang dialami pada proses belajar peserta didik sehingga setelah proses perubahan belajar mereka mengalami pencapaian hasil belajar yang optimal,sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.disini tugas guru menbantu peserta didik untuk mengenal,menumbuhkan dan mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik. Adapun tujuan dari bimbingan belajar di SD/MI adalah.
a.              Pengembangan sikap dan kebiasaan yang baik, terutama dalam mengerjakan tugas dalam ketrampilan serta dalam bersikap terhadap guru.
b.             Menumbuhkan disiplin belajar dan terlatih, baik secara mandiri atau kelompok.
c.              Mengembangkan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya di lingkungan sekolah atau alam sekitar untuk pengembangan pengetahuan, ketrampilan dan pengembangan pribadi.
Secara oprasional,bimbingan belajar di SD/MI menggunakan proses pembelajaran secara keseluruhan. Jadi dengan demikiandi samping peran dan fungsi sebagai guru serta tanggung jawab guru sebagai pengajar dan kepedulian guru terhadap peserta didik merupakan hal yang penting sebagai dasar penentuan pemberian jenis-jenis pelayanan bimbingan belajar,jadi seorang guru harus dituntut agar member pelayanan peserta didik baik individu atau perorangan, disamping itu juga guru harus memperhatikan kelompok kelas secara keseluruhan.


B.    JENIS-JENIS MASALAH BELAJAR DAN IDENTIFIKASI PESERTA DIDIK YANG DIPERKIRAKAN MENGALAMI MASALAH BELAJAR

1.    JENIS-JENIS MALAH BELAJAR
Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses belajarnya. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang dimilikinya dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau cerdas.
Dari pengertian masalah belajar di atas maka jenis-jenis masalah belajar di Sekolah Dasar dapat dikelompokkan kepada murid-murid yang mengalami:
a)      Keterlambatan akademik, yaitu keadaan murid yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkan secara optimal.
b)     Kecepatan dalam belajar, yaitu keadaan murid yang memiliki bakat akademik yang cukup tinggi atau memilki IQ 130 atau lebih, tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untukmemenuhi kebutuhan dan kemampuan belajarnya yang amat tinggi.
c)      Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan murid yang memilki bakat akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.
d)     Kurang motivasi belajar, yaitu keadaan murid yang kurang bersemangat dalam belajar, mereka seolah-olah tampak jera dan malas.
e)     Bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi murid yang kegiatannya tau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui dan sebagainya.
f)      Sering tidak sekolah, yaitu murid-murid yang sering tidak hadir atau menderita sakit dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga kehilanggan sebagian besar kegiatan belajarnya.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Dedi Supriyadi, mengungkapkan bahwa masah-masalah yang dialami peserta didik SD.sejumlah 50 item atau jenis masalah, terdapat sepuluh masalah utama yang dihadapi oleh peserta didik. Diantara sepuluh masalah tersebut adalah ingin menetahui tentang sekolah lebih lanjut, takut berbicara didepan kelas, khawatir tidak naik kelas, mengalami kesulitan berhitung, malu, sering diejek, teman-teman banyak yang iseng, sakit-sakitan, memerlukan bantuan dalam belajar, termasuk anak kurang pandai.


2.    IDENTIFIKASI YANG DIPERKIRAKAN MENGALAMI MASLAH PESERTA DIDIK BELAJAR
Dilakukan dengan malauli tiga tes diantaranya,yang pertama tes hasil belajar, alat yang disususn untuk mengungkapkan kapan sejauh mana peserta didik telah mencapai tujuan-tujuan pengajaran yang ditetapkan sebelumnya. Dikatakan telah mencapai tujuan apabila telah menguasai materi yang yang berhubungan dengan pengajaran yang telah ditetapkan. Kedua  tes kemampuan dasar setiap peesrta didik mempunyai kemampuaan yang berbeda,tingkat kemampuan biasanya diukur dengan tes kecerdasan yang sudah baku. ketiga tes sikap dan kebiasaan merupakan salah satu factor yang sangat penting dalam belajar karenaditentukan oleh sikap atau kebiasaan peserta didik dalam belajar.

C.    FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA MASALAH BELAJAR DAN UPAYA MEMBANTU PESERTA DIDIK DALAM MENGATASI MASALAH BELAJAR
1.    FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA MASALAH BELAJAR
Pada garis besarnya faktor-faktor timbulnya masalah belajar pada murid dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu:

a. Faktor-faktor internal (faktor-faktor yang berada pada diri murid itu sendiri), antara lain:
1. Gangguan secara fisik, seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat bicara, gangguan panca indera, cacat tubuh, serta penyakit menahun.
2. Ketidakseimbangan mental (adanya gangguan dalam fungsi mental), seperti menampakkan kurangnya kemampuan mental, taraf kecerdasan cenderung kurang.
3. Kelemahan emosional, seperti merasa tidak aman, kurang bisa menyusuaikan diri (maladjusment), tercekam rasa takut, benci dan antipati, serta ketidak matangan emosi.
4. Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap yang salah, sperti kurang perhatian dan minat terhadap pelajaran sekolah malas dalam belajar, dansering bolos atau tidak mengikuti pelajaran.
b. Faktor-faktor eksternal (faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu), yaitu berasal dari:
1. Sekolah, antara lain:
a)     Sifat kurikulu yang kurang fleksibel
b)     Terlalu berat beban belajar (murid) dan untuk mengajar (guru)
c)     Metode mengajar yang kurang memadai
d)     Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar.
2. Keluarga (rumah), antara lain:
a)     Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis
b)     Sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya
c)     Keadaan ekonomi.
2.    UPAYA MEMBANTU PESERTA DIDIK DALAM MENGATASI MASALAH BELAJAR
Ada lima upaya untuk mengatasi masalah belajar peserta didik diantaranya adalah :
a.   Pengajaran perbaikan
b.   Kegiatan pengayaan
c.    Peningkatan motivasi belajar
d.   Peningkatan ketrampilan belajar
e.   Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik

 Sedangkan secara sistematis, langkah-langkah yang perlu diambil dalam usaha untuk membantu mengatasi masah belajar peserta didik
a.    Memanggil dan menerima anak yang bermasalah dengan penuh kasih saying
b.   Dengan wawancara yang dialogis diusahakan dapat ditemukan sebab-sebab utama yang menimbulkan masalah.
c.     Memahami keberadaan anak dengan sedalam-dalamnya
d.    Menunjukkan cara penyelasaian masalah yang tepat untuk di renungkan                                      oleh anak kemudian untuk dikerjakannya.
e.     Menemukan segi-segi kelebihan anak agar kelebihan itu diaktualisisr guru megatasi kekurangannya
f.     Menanamkan nilai-nilai spritual yang benar.













BAB III PENUTUP
A.   KESIMPULAN
pengertian belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang bsru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu untuk sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat dari penguasaan pola-pola respons terhadap lingkungan disekitarnya, yang berupa ketrampilan-ketrampilan, sikap, kecakapan, pengetahuan, pengalaman, dan apresiasi.secara komprehensif belajar mempunyai pengertian usaha untuk memperoleh perubahan tingkah laku.perubahan yang terjadi dalam preses ini adalah sifatnya, karena tidak setiap perubahan yang dialami oleh anak didik diartikan sebagai belajar. Pemahaman tentang bimbingan belajar sangat penting untuk difahamkan kepada peserta didik, sesuai dengan tujuan dan jenis-jenis masalah belajar, pengidentifikasi peserta didik yang mengalami masalah belajar  serta faktor penyebab terjadinya masalah belajar dan upaya membantu  permasalahan tersebut.

B.   SARAN
Untuk memperluas wawasan pengetahuan mengenai alternatif-alternatif kiat pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru sangaat danjurkan mempelajari buku-buku khusus mengenai bimbingan dan konseling.













DAFTAR PUSTAKA


Budiamin, Amin dan Setiawati . 2009 . Bimbingan Konseling . Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia
Prayetno dan Erman Amti. 1999. .Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta. Rineka

Juntika, Achmad. 2009. Bimbingan dan Konseling Dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung. Aditama

readmore...

pembelajaran matematika MI


PENDAHULUAN

            Pengajaran matematika hendaknya diarahkan agar siswa mampu secara mandiri menyelesaikan masalah-masalah matematika ataupun masalah-masalah yang lain yang diselesaikan dengan bantuan matematika.Untuk lebih meningkatkan kemampuan diri sebagai pengajar profesional, guru perlu mengetahui teori belajar yang dikemukakan beberapa ahli pendidikan dan aplikasinya dalam pembelajaran matematika.
            Tidak hanya tingkat kedalaman konsep yang diberikan kepada siswa tetapi harus disesuaikan dengan tingkat kemampuannya, cara penyampaian materi pun demikian pula. Guru harus mengetahui tingkat perkembangan mental siswa dan bagaimana pengajaran yang harus dilakukan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan tersebut. Pengajaran yang tidak memperhatikan tahap perkembangan mental siswa besar kemungkinan akan mengakibatkan siswa mengalami kesulitan, karena apa yang disajikan pada siswa tidak sesuai dengan kemampuan dalam menyerap materi yang diberikan.
     Begitu pentingnya pengetahuan tentang teori belajar dalam sistem penyampaiaan materi dalam kelas, sehingga setiap metode pengajaran harus selalu disesuaikan dengan teori-teori belajar yang dikemukakan oleh ahli pendidikan. Beberapa teori belajar psikologi diaplikasikan dalam pendidikan, dan diungkapkan bagaimana implikasinya dalam pengajaran matematika.


PEMBAHASAN
           
Dalam pembelajaran matematika, guru perlu memahami teori-teori belajar.  Yang nantinya itulah yang dijadikan pedoman dalam membuat suatu metode pembelajaran. Ada beberapa teori-teori pembelajaran matematika di SD yang diungkapkan oleh para ahli.

1.    Teori Belajar Menurut Jerome S. Brunner
Teori ini menyatakan bahwa :
                        Belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran di arahkan kepada konsep-konsep dan stuktur yang termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan dan dengan menggunakan alat peraga serta diperlukannya keaktifan siswa tersebut.
Brunner mengemukakan bahwa dalam proses belajar siswa melewati 3 tahap yaitu :
a.    Tahap Enaktif
Dalam tahap ini siswa secara langsung terlibat dalam memanipulasi objek. Yaitu dengan menggunakan benda-benda yang konkrit atau peritiwa yang biasa terjadi.
Contoh : Budi mempunyai 2 pinsil, kemudian ibunya memberikannya lagi 3 pinsil.
                Berapa banyak pinsil Budi sekarang ?
b.    Tahap Ikonik
Dalam tahap ini kegiatan dilakukan siswa berhubungan dengan mental, di mana siswa mengubah, menandai, dan menyimpan peristiwa atau benda dalam bentuk bayangan mental. Misalnya dengan membayangkan dalam pikirannya tentang benda atau peristiwa yang dialaminya, walaupun benda tersebut tidak ada dihadapannya lagi atau dengan menggunakan gambar.
Contoh  : !! + !!! = …
c.     Tahap Simbolik
Dalam tahap ini anak dapat mengutarakan bayangan mental tersebut dalam bentuk simpul dan bahasa. Anak tidak terikat lagi dengan objek-objek pada tahap sebelumnya dan sudah mampu menggunakan notasi tanpa ketergantungan terhadap objek real.
Contoh  : 2 pinsil + 3 pinsil          = …pinsil
           
Berdasarkan hasil pengamatannya, Brunner merumuskan 5 teorema dalam pembelajaran matematika, yaitu :
1)   Teorema Penyusunan
Menerangkan bahwa cara yang terbaik memulai belajar suatu konsep matematika, dalil, defenisi, dan semacamnya adalah dengan cara menyusun penyajiannya. Misalnya dalam mempelajari penjumlahan bilangan positif dan negatif siswa mencoba sendiri dengan menggunakan garis bilangan.


2)   Teorema Notasi
Menerangkan bahwa dalam pengajaran suatu konsep, penggunaan notasi-notasi matematika harus diberikan secara bertahap, dari yang sederhana ke yang lebih kompleks.
3)   Teorema Pengkontrasan dan Keanekaragaman
Menerangkan bahwa pengontrasan dan keanekaragaman sangat penting dalam melakukan pengubahan konsep matematika dari yang konkrit ke yang lebih abstrak. Dalam hal ini diperlukan banyak contoh. Contoh yang diberikan harus sesuai dengan rumusan yang diberikan. Misalnya menjelaskan persegi panjang, disertai juga kemungkinan jajaran genjang dan segi empat lainnya selain persegi panjnag. Dengan demikian siswa dapat membedakan apakah segi empat yang diberikan padanya termasuk persegi panjang atau tidak.
4)   Teorema Pengaitan
Menerangkan bahwa dalam matematika terdapat hubungan yang berkaitan antara satu konsep dengan konsep yang lain. Di mana materi yang satu merupakan prasyarat yang harus diketahui untuk mempelajari materi yang lain.
2.    Teori Belajar Menurut Van Hiele
Teori ini menyatakan bahwa :
                        Tiga unsur utama dalam pengajaran geometri, yaitu waktu, materi pengajaran dan metode pengajaran yang diterapkan, jika secara terpadu akan dapat meningkatkan kemapuan berfikir siswa kepada tingkatan berfikir yang lebih tinggi
            Van Hiele menyatakan bahwa terdapat 5 tahap belajar siswa dalam belajar geometri, yaitu :
a.    Tahap Pengenalan
Pada tahap ini siswa mulai belajar mengenal suatu bangun geometri secara keseluruhan namun belum mampu mengetahui adanya sifat-sifat dari bangun geometri yang dilihatnya.
b.    Tahap Analisis
Pada tahap ini siswa sudah mulai mengenal sifat-sifat yang dimiliki bangun geometri yang diamatinya.
c.    Tahap Pengurutan
Pada tahap ini siswa sudah mengenal dan memahami sifat-sifat suatu bangun geometri serta sudah dapat mengurutkan bangun-bangun geometri yang satu sama yang lainnya saling berhubungan.

d.   Tahap Deduksi
Pada tahap ini siswa telah mampu menarik kesimpulan secara deduktif, yaitu menarik kesimpulan yang bersifat umum dan menuju ke hal yang bersifat khusus serta dapat mengambil kesimpulan.
e.    Tahap Akurasi
Pada tahap ini siswa  mulai menyadari pentingnya ketepatan prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Tahap berfikir ini merupakan tahap berfikir yang paling tinggi, rumit, dan kompleks, karena di luar jangkauan usia anak-anak SD sampai tingakat SMP.

3.    Teori Belajar Menurut William Brownell
Teori ini menyatakan bahwa :
                        Belajar matematika merupakan belajar bermakna, dalam arti setiap konsep yang dipelajari harus benar-benar dimengerti sebelum sampai pada latihan atau hafalan.
            Brownell mengemukakan tentang Teori Makna (Meaning Theory) sebagai pengganti Teori Latihan Hafal/Ulangan (Drill Theory).
Intisari dari teori Drill adalah :
a.    Matematika untuk tujuan pembelajaran dianalisis sebagai kumpulan fakta yang berdiri sendiri dan tidak saling berkaitan.
b.    Anak diharuskan menguasai unsur-unsur yang banyak sekali tanpa diperhatikan pengertiannya.
c.    Anak mempelajari unsur-unsur dalam bentuk seperti yang akan digunakan nanti dalam kesempatan lain.
d.   Anak akan mencapai tujuan ini secara efektif dan efisien dengan melalui pengulangan.
Brownell mengemukakan ada 3 keberatan utama berkenaan dengan teori Drill dalam pengajaran matematika, yaitu :
a.    Teori drill memberikan tugas yang harus dipelajari siswa yang hampir tidak mungkin dicapai.
b.    Keberatan yang lainnya berkaitan dengan reaksi yang dihasilkan oleh drill.
c.    Tidak memadai dalam pengajaran aritmatika, karena tidak menyediakan kegiatan untuk berfikir secara kuantitatif.
Sedangkan intisari dari teori makna adalah :
Ø Anak harus melihat makna dari apa yang dipelajarinya.
Ø Teori drill dipakai setelah konsep, prisip, dan proses telah dipahami oleh siswa.
Ø Mengembangkan kemampuan berfikir dalam situasi kuantitatif.
Ø Program aritmatika membahas tentang pentingnya dan makna dari bilangan.
4.    Teori Belajar Menurut Van Eugen
Teori ini menyatakan bahwa :
                        Tujuan pengajaran aritmatika adalah untuk membantu anak memahami suatu simbol yang mewakili suatu himpunan, kejadian, dam serentetan kegiatan yang diberi simbol itu harus langsung dialami oleh anak.
Van Eugen (1949), seorang penganut teori makna mengatakan bahwa dalam situasi yang bermakna selalu terdapat 3 unsur, yaitu :
a.    Ada suatu kejadian (event), benda (object), atau tindakan (action).
b.    Adanya simbol (lambang/notasi/gambar) yang digunakan sebagai penyataan yang mewakili unsur pertama di atas.
c.    Adanya individu yang menafsirkan simbol-simbol yang mengacu kepada unsur pertama di atas.
Van Eugen membedakan makna (meaning) dan mengerti (understanding),. Mengerti mengacu pada sesuatu yang dimiliki oleh individu. Individu yang mengerti telah memiliki hubungan sebab akibat, implikasi logis dan sebaris pemikiran yang mengandungkan dua atau lebih pernyataan secata logis makna adalah sesuatu yang dibaca dari sebuah simbol oleh seorang anak. Dengan kata lain anak menyadari bahwa simbol adalah sesuatu pengganti suatu objek.

5.    Teori Belajar Menurut Prof. Robert M. Gagne
Teori ini menyatakan bahwa :
                        Dalam pembelajaran matematika di SD diperlukan objek belajar matematika dan tipe-tipe belajar.
1.    Objek Belajar Matematika
Menurut Gagne bahwa dalam belajar matematika dua objek yaitu objek langsung dan objek tidak langsung. Objek tidak langsung mencangkup kemampuan menyelidik, memecahkan masalah, disiplin diri, bersikap positif, dan tahu bagaimana semestinya belajar.


2.    Tipe-Tipe Belajar
Telah dibedakan ke dalam 8 tipe belajar yang terurut kesukarannya dari yang sederhana sampai kepada yang kompleks.
Urutan ke 8 tipe belajar itu adalah :
Ø Belajar isyarat (signal learning), yaitu belajar sesuatu yang tidak disengaja.
Ø Belajar stimulus respon (stimulus responses learning), yaitu belajar sesuatu dengan sengaja dan responnya adalah jasmani.
Ø Rangkaian gerak (motor learning), yaitu belajar dalam bentuk perbuatan jasmaniah terurut dari dua kegiatan atau lebih stimulus respon.
Ø Rangkaian verbal, yaitu berupa perbuatan lisan terurut dari dua kegiatan atau lebih stimulus respon.
Ø Belajar membedakan, yaitu belajar memisahkan rangkaian yang bervariasi. Ada dua macam belajar membedakan, yaitu :
§  Membedakan tunggal, yaitu berupa pengertian siswa terhadap suatu lambang.
§  Membedakan jamak, yaitu membedakan beberapa lambang tertentu.
Ø Belajar konsep ( concept learning), yaitu belajar atau melihat sifat bersama dari suatu benda atau peristiwa.
Ø Belajar aturan (rule learning), yaitu memberikan respon terhadap semua stimulus dengan segala macam perbuatan.
Ø Pemecahan masalah (problem solving), yaitu masalah bagi siswa bila sesuatu itu baru dikenalnya tetapi siswa telah memiliki prasyarat hanya siswa belum tahu proses algoritmanya.

6.    Teori Belajar Menurut Zoltan P. Dienes
Teori ini menyatakan bahwa :
                        Tiap-tiap konsep atau prinsip dalam matematika yang disajikan dalam bentuk yang konkrit akan dapat dipahami dengan baik dan benda atau objek dalam bentuk pemainan akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran matematika.
            Dalam konsepnya itu, Dienes membagi tahap-tahap belajar dalam 6 tahap, yaitu :
a.    Permainan Bebas (Free Play)
Yaitu dengan melakukan aktifitas yang tidak berstruktur dan tidak diarahkan. Di mana siswa mengadakan percobaan yang mengotak-atik benda-benda konkrit dan abstrak dari unsur yang sedang dipelajarinya itu.
b.    Permainan yang Disertai Aturan (Games)
Siswa meneliti pola-pola dan keteraturan yang terdapat dalam konsep tertentu.


c.    Permainan Kesamaan Sifat (Searching for comunities)
Siswa diarahkan dalam kegiatan menemukan sifat-sifat kesamaan dalam permainan yang sedang diikuti.
d.   Representasi (Representasi)
Yaitu tahap pengambilan kesamaan sifat dari beberapa situasi yang sejenis. Para siswa menentukan representasi dari konsep-konsep tertentu yang bersifat abstrak. Dengan demikian telah mengarah pada pengertian struktur matematika yang sifatnya abtrak yang terdapat dalam konsep yang sedang dipelajari.
e.    Simbolisasi (Symbolization)
Yaitu merumuskan representasi dari setiap konsep dengan menggunakan simbol matematika.
f.     Formalisasi (Formalization)
Dalam hal ini siswa dituntut untuk menurutkan sifat-sifat konsep dan kemudian merumuskan sifat-sifat baru konsep tersebut.

7.    Teori Belajar Menurut Jean Peaget
Teori ini menyatakan bahwa :
                        Jika kita akan memberikan pelajaran tentang sesuatu kepada anak didik, maka kita harus memperhatikan tingkat perkembangan berfikir anak tersebut.
Dengan teori belajar yang disebut Teori Perkembangan Mental Anak (Mental atau Intelektual dan Kognitif) atau ada pula yang menyebutnya Teori Tingkat Perkembangan Berfikir Anak telah membagi tahapan kemampuan berfikir anak menjadi empat tahapan yaitu :
a)    Tahap sensori motorik (dari lahir sampai usia 2 tahun)
b)   Tahap operasional awal/piaoperasi (usia 2 sampai 7 tahun)
c)    Tahap operasional/operasi konkrit (usia 7 sampai 11/12 tahun)
d)   Tahap operasional formal (usia 11 tahun ke atas)
Jadi, agar pelajaran matematika di SD dapat dimengerti oleh para siswa dengan baik, maka seyogianya mengajarkan sesuatu bahasan harus diberikan kepada siswa yang sudah siap untuk dapat menerimanya.
Tahapan perkembangan intelektual atau berfikir siswa di SD dalam Pembelajran Matematika yaitu :
•      Kekekalan Bilangan (Banyak)
Bila anak telah memahami kekekalan bilangan, amak ia akan mengerti bahwa banyaknya benda-benda itu akan tetap walaupun letaknya berbeda-beda. Konsep kekekalan bilangan umumnya dicapai oleh siswa usia 6 sampai 7 tahun.
•      Kekekalan Materi (Zat)
Anak baru bisa memahami yang sama atau berbeda itu dari satu sudut pandang yang tampak olehnya. Belum bisa melihat perbedaan atau persamaan dari dua karakteristik atau lebih. Hukum kekekalan materi umumnya dicapai oleh siswa usia 7 sampai 8 tahun.
•      Kekekalan panjang
Konsep kekekalan panjang umumnya dicapai oleh siswa usia 8 sampai 9 tahun.
•      Kekekalan luas
Hukum kekekalan luas umumnya dicapai oleh siswa usia 8 sampai 9 tahun.
•      Kekekalan berat
Hukum kekekalan  berat umumnya dicapai oleh siswa usia 9 sampai 10 tahun.
•      Kekekalan isi
Usia sekitar 14-15 tahun atau 11-14 tahun anak sudah memiliki hukum kekekalan isi.
•      Tingkat pemahaman
Tingkat pemahaman di usia SD masih mengalami kesulitan merumuskan defenisi dengan kata-katanya sendiri. Mereka belum dapat membuktikan dalil secara baik.
8.    Teori Belajar Menurut Edward L. Thondike
Teori belajar ini menyatakan bahwa :
            Pada hakekatnya belajar merupakan proses pembentukan hubungan antara stimulus dan respon dan belajar lebih berhasil bila respon siswa terhadap suatu stimulus segera diikuti dengan rasa senang atau kepuasan.


readmore...